Datamu Bukan (Lagi) Milikmu?

Share :
Kita hidup di mana data kita dikuasai oleh pihak yang mengumpulkannya. Jadi meskipun datanya ada di sekitar Anda, Anda check in ke hotel, membeli di supermarket, melakukan pencarian secara online, melakukan sesuatu yang semuanya tentang diri Anda, data itu tidaklah Anda miliki. Melainkan dimiliki oleh institusi yang mengumpulkannya.



Kita mungkin telah memberikan data kepada siapapun tanpa berpikir panjang. Dengan kata lain, berapa banyak orang yang benar-benar membaca syarat dan ketentuan aplikasi atau situs web dan sejenisnya? Berapa banyak aplikasi, situs web, dsb memiliki ketentuan yang secara tidak langsung mengatakan, "Anda memberikan kami data Anda dan Anda mengizinkan kami melakukan apa saja yang kami sukai darinya". Ini belum termasuk institusi yang tidak memberikan penjelasan syarat ketentuan yang terbuka mengenai pengumpulan data yang dilakukan dan bagi pakai dengan pihak ketiga.

Setiap kali Anda klik sesuatu, membaca sebuah artikel, berinteraksi dengan telepon dan apapun yang berhubungan dengan Internet, maka akan meninggalkan jejak. Jika kita pergi ke mesin pencari misalnya, maka akan tersimpan log tentang apa yang kita cari, di mana ketika kita mencarinya dan seringkali apa yang kita sedang klik dan sesudahnya.

Ketika sadar mungkin Anda akan berpikir, "Tapi ini adalah milikku dan orang lain berpotensi mendapatkan keuntungan darinya.." Seiring bertambahnya banyaknya informasi, semakin banyak data yang dihasilkan dari internet, tentang aktivasi atau koneksi objek melalui internet.

Internet telah out of the box. Pemanggang Roti Pintar bisa berkomunikasi dengan Pembuat Kopi Pintar, "Hei ini jam 7.30 Kita perlu menyerahkan diri karena sarapan pagi." Lemari Es Pintar memperhatikan bahwa Anda kekurangan susu dan memesan beberapa dari situs supermarket pilihan Anda. Ini adalah tanggal tua, log akun Netflix tahu bahwa Anda telah menonton film laga beberapa bulan terakhir dan segera setelah Anda masuk rumah dia akan memutarnya, ketika makan malam sudah disiapkan oleh Si Oven Pintar.

Kita temukan diri kita semakin masuk dalam dunia digital, di mana sebagian besar kehidupan kita bisa 'dilihat' secara digital dan itu biasa disebut sebagai Big Data. Big Data masih menimbulkan kebingungan bagi banyak orang. Tentunya kita harus bisa mengatur dan melihat kehidupan.

Perusahaan ingin masuk ke rumah Anda melalui produk pintar mereka. Mereka ingin tahu apa yang Anda lakukan agar memahami lebih baik bagaimana kita menggunakan berbagai peralatan. Beberapa orang yang mendengark ini akan berkata, "Tidak masalah, saya tidak keberatan memberikan data pencarian saya ke perusahaan semacam Google dsb karena saya mendapatkan personalisasi yang benar-benar sesuai darinya dan saya menyukai produk yang mereka berhasil ciptakan". Sebagian orang lagi berbeda dan beranggapan, "Ini semacam totaliterisme yang mengawasiku..! ini adalah mata-mata..! mereka masuk ke rumahku, mereka tahu semua yang kulakukan dan aku tidak menyukainya..!"

Ada beragam cara untuk mengatasi privasi. Salah satunya adalah dengan menarik diri dari dunia digital. Kita deaktivasi akun Facebook. Kita berhenti menggunakan layanan Google. Cara lain untuk melakukannya adalah dengan regulasi dan menyatakan, "Anda harus menyimpan data statistik secara rahasia dan tidak boleh membagikannya dengan siapa pun juga" Namun hal itu akan kontraproduktif dan akhirnya meningkatkan biaya bagi perusahaan, inovasi akan berkurang dan mungkin perusahaan teknologi akan berkata, "Lalu mengapa saya harus berinovasi? Mengapa saya harus repot-repot membuat barang canggih?". Mungkin Anda berfikir harus mengembalikan datanya kepada Anda. Masalahnya adalah jika semua orang mengembalikan data kepada Anda. Apa yang akan Anda lakukan dengan data itu?

Puncaknya adalah kombinasi berbagai arus penelitian untuk membuat semacam market atas anonimisasi data pribadi. Ini bukan tentang, "Saya punya data-data yang Anda inginkan. Silahkan ambil dengan harga tertentu." Bayangkan saja itu database dan data Anda ada di dalam database utama tapi ditransformasikan dari vertikal ke horisontal dan dilakukan anonimisasi data agar tidak dengan mudahnya disalahgunakan orang yang tidak bertanggung jawab. Data harus dikontekstualisasikan agar menjadi sesuatu yang bernilai.

Inovasi teknologi harus diciptakan dengan tidak hanya mempertimbangkan aspek produktivitas, efisiensi dsb namun juga harus mampu memberikan rasa aman dan kontrol lebih baik oleh pengguna. Semua data yang ada harus diolah dan diatur sedemikian rupa sehingga membantu memudahkan kehidupan dengan kontrol personalisasi layanan. Edukasi pengguna atau konsumen perlu dilakukan agar lebih berdaya dan memiliki kontrol lebih baik atas data pribadinya, di saat bersamaan perusahaan tetap bisa melanjutan inovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar