Memahami ragam teknik marketing membuat pelaku marketing mampu mengenal lebih baik brand yang dimiliki dan menggunakannya untuk meracik secara efektif dan efisien semua aktifitas-event komunikasi pemasaran.
Integrasi aktifitas marketing sangat krusial untuk keberhasilan organisasi, umumnya meliputi :
- Aktifitas Markom
- Publikasi/ Public Relations
- Komunikasi Pegawai
- Penjualan Pribadi
- Periklanan dan Pemasaran Langsung
- Internet dan Media Sosial
- Promosi Sales
Pemilihan teknik yang paling sesuai oleh pembuat keputusan, memastikannya dalam pengembangan perencanaan marketing secara efektif.
1. Segmentasi RFM (Recency, Frequency, Monetary)
RFM kepanjangannya Recency, Frequency, and Monetary. Recency adalah tolak ukur bagaimana belakangan customer melakukan pembelian produk/ jasa. Frequency adalah tolak ukur seberaa sering customer melakukan pembelian produk/ jasa. Monetary adalah tolak ukur seberapa banyak customer menghabiskan uangnya untuk pembelian produk/ jasa.Semakin baik organisasi mengenal customernya maka lebih baik pula mereka memasarkan produk pada customer. Metodologi segmentasi RFM memberikan skor untuk setiap customer yang terkait dengan nilai bisnis.
Organisasi yang sukses menyimpan database ativitas customer (dalam konteks RMF) dan menggunakan data tersebut untuk aktivitas perencanaan dan pembuatan keputusan markom. Customer dengan skor skala tinggi memiliki nilai yang tinggi pula dimana belanja pemasaran juga harus mewakili nilai tersebut.
2. Prisma Identitas Brand - Kapferer
Kehati-hatian memposisikan sebuah brand dalam pasar berpengaruh penting pada kesuksesan organisasi. Semua brand membutuhkan identitas dan Prisma Identitas Brand - Kapferer membantu memudahkan pembuatan keseluruhan persepsi dan gambaran sebuah brand. Prisma Identitas Brand - Kapferer memiliki 6 elemen yakni :a. Physique, elemen yang memungkinkan customer secara cepat membedakan sebuah brand dengan brand lainnya di pasar.
b. Personality, elemen yang mempresentasikan brand itu sendiri, dan konsumen mengasosiakan keduanya secara langsung.
c. Culture, elemen ini menciptakan ikatan emosional untuk mengaitkan sebuah brand dengan area geografis tertentu dan budayanya, sehingga konsumen terdorong membeli brand tersebut.
d. Relationship, elemen ini membangun brand menjadi kenamaan dengan membangun relasi antara brand tersebut dengan konsumen.
e. Reflection, elemen ini adalah konsep bahwa sebuah brand seharusnya cerminan dari kepribadian dan identitas dari target pasar.
identity of the target market.
f. Self-image, citra yang dimiliki sebuah brand, bagaimana brand tersebut memandang brand lain, menuju peningkatan citra konsumen itu sendiri. Konsep ini biasa dijumpai pada mobil mewah dan lencana kap mobilnya.
3. Customer Lifetime Value
Customer Lifetime Value (CLV) menjadikan mudah untuk melakukan kalkulasi dan menawarkan wawasan berharga pada organisasi dan beragam sektor pasarnya. Berbagai cara berbeda dapat dipilih untuk segmentasi konsumen misalkan sumber, metode akuisisi, tingkat pelayanan, dll.Informasi yang dibutuhkan untuk menghitung Customer Lifetime Value yang akurat adalah rata - rata dari: nilai pesanan, frekuensi pembelian dan umur relasi. Digunakan bersamaan dengan segmentasi pelanggan, Customer Lifetime Value memungkinkan pemilihan channel pemasaran mana yang paling menguntungkan
Data perkiraan lifespan setiap pelanggan baru akan menjadi peran kunci dalam pengambilan keputusan untuk pengalokasian belanja pemasaran. Angkanya selalu berupa prediksi daripada fakta, karena tidak dapat diketahui dengan pasti berapa banyak uang yang akan dihabiskan pelanggan rata-rata di masa mendatang.
4. Net Promoter Score (NPS)
Skor yang dihitung menggunakan metrik ini memungkinkan pemahaman yang lebih besar tentang bagaimana perasaan pelanggan terhadap sebuah bisnis dan brand. Banyak perusahaan besar dunia mengintegrasikan metode ini ke dalam proses evaluasi hubungan.Keseluruhan metrik didasarkan pada pertanyaan 'Seberapa besar kemungkinan Anda merekomendasikan produk kami kepada teman?'. Responden diminta untuk memilih nomor pada skala 1 sampai 10, dan memberikan komentar opsional. Kosumen yang merespons dengan skor sembilan atau sepuluh orang ditempatkan dalam kategori 'promotor'. Kosumen yang merespons dengan skor tujuh atau delapan dimasukkan ke dalam kategori 'pasif'. Kosumen yang merespons dengan skor enam atau lebih rendah dimasukkan ke dalam kategori 'pencela'. Matematika sederhana memungkinkan Net Promoter Score (NPS) dihitung dengan 100 menjadi nilai terbaik dan minus 100 menjadi nilai terburuk.
Net Promoter Score (NPS) menjadi metrik populer untuk mengukur kepuasan pelanggan karena bersifat informatif dan mudah digunakan. Komentar positif dan negatif harus ditinjau secara hati-hati dan dipertimbangkan. Namun seringkali justru komentar negatif konsumen akan menjadi nilai terbesar untuk bisnis.
5. 4S Web Marketing Mix
Pemasaran di abad kedua puluh harus memanfaatkan Internet dengan baik, media sosial dan belanja online terhadap produk, layanan dan sektor pasarnya. Diperlukan penggabungan 4S Web Marketing Mix dengan kegiatan komunikasi pemasaran tradisional untuk memastikan kesuksesan.Model ini memungkinkan untuk mengambil pandangan tingkat tinggi dari aktivitas pemasaran dan dampaknya terhadap dunia Internet. Kesuksesan membutuhkan penyesuaian yang harus dilakukan terhadap komunikasi pemasaran tradisional. Keempat poin kunci tersebut adalah:
- Scope, mengacu pada strategi keseluruhan untuk organisasi atau unit bisnis
- Site, mengacu pada desain website, struktur & isinya. Apa yang akan konsumen temukan di situs? Apa yang mereka temukan akan sesuai dengan apa yang mereka cari saat mereka mengeklik iklan atau tautan situs? Apakah mereka akan kembali dari waktu ke waktu untuk melakukan pembelian tambahan atau aktivitas lain?
- Synergy, mengacu pada pesan konsisten, konten, gambar, dll. Misal: pastikan karyawan di toko atau gerai mengetahui promosi yang sedang dijalankan secara online.
- System, dibutuhkan peralatan yang tepat untuk pemasaran online secara efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar