November 19, 2017

Mengenal Ragam Workspace

Share :
Workspace [baca:ruang kerja] yang benar-benar terbuka dapat menimbulkan kebisingan dan gangguan kerja, di saat yang sama workspace yang benar-benar tertutup menghalangi fleksibilitas dan kolaborasi.

Workspace terbuka dikenal sebagai desain dan tata letak yang dinamis, namun banyak bisnis beralih ke workspace tertutup atau bahkan menggabungkan yang terbaik dari keduanya. Masing-masing layout memiliki kelebihan dan kekurangannya. Beberapa kombinasi layout bekerja lebih baik untuk bisnis-bisnis tertentu.

Sebuah penelitian memperkirakan bahwa pekerja kantoran merasa terganggu sebanyak satu kali per tiga menitnya akibat suara-suara rekan kerja dan peralatan elektronik. Karyawan membutuhkan waktu setidaknya 23 menit untuk kembali beradaptasi atau fokus penuh dalam pekerjaannya. Perencanaan workspace butuh pertimbangan matang, berikut ragam workspace:

Workspace Terbuka


Kantor terbuka berarti karyawan tersinari semua lampu dan sumber cahaya, gerakan-gerakan dan suara-suara yang berlalu lalang. Perencanaan workspace terbuka tidak seharusnya dipakai sebagai sarana untuk menghemat uang dengan menghilangkan kebutuhan akan workspace tertutup. Terlalu banyak privasi akan mengisolasi karyawan yang terpisah oleh bilik kantor yang tertutup, membukanya total tanpa penghalang akan mempengaruhi produktivitas.

Ruang terbuka memungkinkan setiap orang berkumpul lebih mudah, namun itu tidak berarti akan membuahkan pendapat dan gagasan inovatif. Brainstorming adalah salah satu komponen penting dari proses kreatif, namun seringkali dalam workspace terbuka, individu hanya mengikuti pendapat rekan lainnya, kejujuran pendapat dan gagasan ​​mereka yang mungkin bertentangan dengan rekannya lebih disembunyikan daripada diutarakan pada banyak orang.

Workspace Tertutup


Jika sebuah bisnis tidak mengharuskan staf untuk berinteraksi dengan satu sama lain, maka layout kantor ini menjadi pilihan. Di tata ruang kelas yang terbuka biasanya menjadi tidak produktif kalau tidak ada interaksi antar penggunanya, namun interaksi menjadi sulit dicerna ketika ada interaksi lain atau gangguan dari teman sebangku ketika ada penjelasan dari pengajar.

Kantor dengan workspace terbuka biasanya mengatasi kebosanan dengan memutar radio, namun hal itu akan sulit membahagiakan semua orang. Kantor dengan ruang tertutup memungkinkan karyawan untuk bekerja dengan tenang dan menyesuaikan ruang kerja mereka sesuai kebutuhannya, entah itu membuka ventilasi, memutar channel radio kesukaan atau membawa hiasan meja sendiri. Dibalik kelebihannya tentu ruang kerja tertutup memakan ruang dan biaya yang tidak sedikit.

Workspace Kubikel


Jika pada ruang terbuka privasi pembicaraan menjadi terancam dan ruang tertutup terlalu mahal untuk dianggarkan, maka workspace kubikel menjadi jalan tengahnya. Orang biasanya bersedia berbicara satu sama lain ketika mereka punya ruang pribadi, sementara di workspace terbuka mereka khawatir pendapatnya didengarkan semua orang.

Workspace Kubikel, sesuai namanya terdiri dari meja kubikel, dimana ada pembatas pendek antar meja karyawan. Ini dipakai untuk mencegah gangguan di tempat kerja sambil tetap memberi ruang pribadi yang bisa dipersonalisasi. Wokrplace Kubikel tidak memungkinkan karyawan untuk mendapat cahaya luar atau udara segar dan juga tidak memungkinkan untuk menghindari kebisingan tanpa memakai headphone.

Workspace Berbasis Aktivitas


Banyak yang kesulitan dengan konsep ini karena tidak bisa diaplikasikan secara sama antara bisnis satu dengan yang lain. Kebutuhan agen marketing kreatif atau startup teknologi sangat berbeda dari kebutuhan ruang kerja biro hukum, sehingga masing-masing harus cukup fleksibel untuk memfasilitasi kolaborasi dan diskusi terbuka tanpa mengambil konsep terlalu jauh.

Dalam konsep ini karyawan diberikan hak memilih tentang kapan, bagaimana dan dimana pekerjaannya bisa diselesaikan. Konsep berbasis aktivitas tidak sepenuhnya tertutup atau sepenuhnya terbuka. Inovasi ruang kerja lahir dari kebutuhan yang mengikat antara ruang kerja terbuka dan tertutup - yang menyeimbangkan ruang untuk konsentrasi dan kolaborasi.

Workspace berbasis aktivitas memecah kantor menjadi zona kerja. Zona kerja ini terdiri dari komponen modular. Contoh zona kerja: zona temu informal, zona fokus kerja, zona rapat rutin, zona rapat kilat, zona berkelompok, zona istirahat/kafe, zona santai, zona kolaboratif.



Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar