Hari tua adalah sebuah istilah yang sering digunakan dalam ilmu perencanaan keuangan yang menandakan fase memasuki masa tidak produktif.
Sebagai karyawan, gaji bulanan adalah sumber penghasilan utama yang akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan hidup. Tanpa terasa, karier seorang karyawan mungkin terus meningkat, yang diikuti oleh kenaikan taraf hidup serta gaya hidup. Hal ini terus berlangsung hingga akhirnya tiba masa pensiun, yaitu usia dimana seorang karyawan diharuskan berhenti bekerja secara tetap di sebuah perusahaan. Bahkan, saat ini, penghentian kerja di usia produktif banyak dialami masyarakat akibat krisis atau bahkan karena alasan lain.
Berikut adalah tips merencanakan hari tua yang produktif :
Pertama, mulai menabung dan berinvestasi sejak usia 20 tahun. Untuk bisa menyisihkan penghasilan, penting untuk menyusun anggaran bulanan yang sesuai. Kesalahan terbesar saat menyusun anggaran adalah tidak sesuai dengan status kehidupan dan tidak realistis. Anggaran rumah tangga atau kerap dikenal dengan budget adalah sebuah rencana pengeluaran untuk satu periode, biasanya bulanan. Anda bisa menabung secara mandiri, atau mengikuti program-program yang sudah ada misalkan BPJS Kesehatan, atau DPLK di perbankan.
Kedua, mulai untuk aktif terus mengembangkan kemampuan sejak usia 30 tahun. Jika di awal bekerja mungkin tuntutan untuk berpenghasilan bisa jadi mengalahkan kesempatan untuk pengembangan diri, maka memasuki usia 30-an tahun usahakan juga untuk memberikan ruang bagi diri sendiri untuk
berkembang. Pengembangan keahlian dapat dilakukan di dalam pekerjaan, organisasi, atau bahkan di luar kehidupan rutinitas kerja. Mengapa penting? Karena di usia 30 tahun, banyak studi mengungkap bahwa kematangan emosi dan berpikir sudah mulai terbentuk sehingga bisa jadi keahlian yang dibangun adalah investasi atas sumber daya pribadi dan mental.
Terakhir, memasuki usia 40-an tahun, sangat dianjurkan untuk membangun jejaring maupun komunitas. Menurut studi kasus di Hong Kong, hal ini merupakan investasi atas sumber daya sosial. Menariknya, masih banyak yang abai dengan investasi sumber daya sosial karena bisa jadi fokusnya hanya bagaimana bisa punya usaha di masa pensiun. Padahal, hasil studinya mengungkap bahwa karyawan yang mampu membangun sumber daya sosial memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di masa pensiun dibandingkan yang hanya berfokus pada penumpukan aset semata.
Penulis :
Prita Hapsari Ghozie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar